Abstrack:
Masyarakat tempatan di Papua bisa dikatakan menjadi daerah di garis depan (frontier) pertemuan kekuatan-kekuatan kapital global dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan sumber daya manusia. Persaingan memperebutkan akses ekonomi politik menjadi tak terhindarkan. Ketegangan (kekalahan) orang lokal Papua dengan para migran dalam merebut akses ekonomi sering disebut sebagai salah pemantik marginalisasi orang lokal Papua di tanahnya sendiri. Ruang-ruang ekonomi seperti pasar, birokrasi dan tentu saja masuknya perusahaan multinasional menjadi ladang subur terciptanya persaingan. Salah satu potret nyata adalah perjuangan mama-mama Papua mendapatkan akses ke pasar untuk menjual produk hasil bumi mereka. Di Pasar Sanggeng Manokwari, Papua Barat misalnya, mama-mama Papua menggelar dagangan berjejer di tanah, sementara pasar tingkat yang menyediakan kios-kios dikhususkan untuk para pedagang yang memiliki modal besar untuk membayar sewa kios. Bahkan di Jayapura, mama-mama Papua berjualan di pinggir jalan berseberangan dengan Pasar Gelael, sebuah perusahaan supermarket mewah. Paper ini membahas bagaimana ruang-ruang publik, dalam paper ini adalah pasar, menjadi medium penting perjuangan mama-mama Papua untuk menunjukkan eksistensi mereka, dalam bentuk perjuangan hak untuk berdagang, di tengah ruang pasar yang dipenuhi oleh kuasa kapital dalam bentuk penyewaan kios-kios yang sebagian besar dikuasai oleh para migran.
Full Text: