- October 28th, 2017
- Nikmah Suryandari (Prodi Ilmu Komunikasi FISIB Unijoyo)
Abstrack:
Menurut Raymond Williams amat sulit menemukan definisi multikulturalisme. Selain menunjuk kepada kemajemukan budaya, multikulturalisme juga mengacu kepada sikap khas terhadap kemajemukan budaya tersebut. Dari berbagai pemahaman mengenai multikulturalisme, hal penting yang seharusnya disadari adalah kenyataan bahwa kita terdiri atas beragam suku bangsa, etnis dan kelompok kemasyarakatan yang beragam. Keberagaman itu selayaknya menjadi pemersatu, dan bukan pemicu perpecahan. Begitu kayanya bangsa kita dengan suku, adat-istiadat, budaya, bahasa, dan khasanah yang lain ini, apakah benar-benar menjadi sebuah kekuatan bangsa ataukah justru berbalik menjadi faktor pemicu timbulnya disintegrasi bangsa. Seperti apa yang telah diramalkan Huntington, keanekaragaman di Indonesia ini harus kita waspadai. Karena telah banyak kejadian-kejadian yang menyulut kepada perpecahan, yang disebabkan adanya paham sempit tentang keunggulan sebuah suku tertentu,seperti konflik Ambon, Poso, Sampit. Konflik sosial dalam masyarakat adalah proses interaksi alamiah, karena masyarakat tidak selamanya bebas konflik. Persoalannya menjadi lain jika konflik sosial yang berkembang dalam masyarakat tidak lagi menjadi sesuatu yang positif, tetapi berubah menjadi destruktif bahkan anarkis. Perkembangan terakhir menunjukkan pada kita, sejumlah konflik sosial dalam masyarakat telah berubah menjadi destruktif bahkan cenderung anarkhis. Kasus Ambon, Poso, Maluku, GAM di Aceh, dan berbagai kasus yang menyulut kepada konflik yang lebih besar dan berbahaya. Konflik sosial berbau SARA (agama) ini tidak dianggap remeh dan harus segera diatasi secara memadai dan proporsional agar tidak menciptakan disintergrasi nasional. Banyak hal yang patut direnungkan dan dicermati dengan fenomena konflik sosial tersebut. Apakah fenomena konflik sosial ini merupakan peristiwa yang bersifat insidental dengan motif tertentu dan kepentingan sesaat, ataukah justru merupakan budaya dalam masyarakat yang bersifat laten. Hal ini juga menunjukkan kepada kita bahwa masih ada problem mendasar yang belum terselesaikan. Menyangkut penghayatan kita terhadap agama sebagai kumpulan doktrin di satu pihak dan sikap keagamaan yang mewujud dalam prilaku kebudayaan di pihak lain. Salah satu factor penting dalam menciptakan suasana yang mencerminkan multikulturalisme adalah kesadaran akan komunikasi lintas budaya dalam tataran konseptual dan praksis. Komunikasi lintas budaya merupakan bidang kajian komunikasi yang menekankan pada perbandingan pola-pola komunikasi antar pribadi di antara peserta komunikasi yang berbeda kebudayaan. Kebutuhan untuk mempelajari Komunikasi Lintas Budaya ini semakin terasakan karena semakin terbukanya pergaulan kita dengan orang-orang dari berbagai budaya yang berbeda, disamping kondisi bangsa Indonesia yang sangat majemuk dengan berbagai ras, suku bangsa, agama, latar belakang daerah (desa/kota), latar belakang pendidikan, dan sebagainya. read more